Sabtu, 13 Mei 2017

TASYAKURAN


RINCIAN BIAYA ANGGARAN BIAYA

PENERIMAAN PESERTA DIDIK BARU
TAHUN PELAJARAN 2017-2018 
TELAH DI BUKA

TASYAKURAN DAN KRATIFITAS SISWA
RA BUNAYYA KLIK TASYAKURAN
MARI BERGABUNG BERSAMA KAMI



HAKEKAT PENDIDIKAN.
OLEH: EDY, M.Pd.I
A.  Pendahuluan
            Pada dasarnya hakekat pendidikan adalah belajar tentang manusia itu sendiri ketika manusia sudah mengetahui dan memahami dengan sepenuhnya hekat manusia maka dinyatakan belajar sudah tuntas. Sampai saat ini manusia belum sepenuhnya memahami manusa.  hal ini dapat terjadi karena manusian memahami dirinya bukan dari suatu kesatuan yang utuh  tetapi sudut pandang dan penekanan yang berbeda-beda. Dalam bidan
g politik manusia adalah makhluk yang berpolitik dan memiliki kepentingan dan kekuasaan dalam setiap bidang keadaan, dalam bidang ekonomi manusia adalah makhluk ekonomi yang memerlukan sistem ekonomi tertentu untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, dan bidang filsafat manusia adalah “hewan” yang berpikir, dalam bidang sosial manusia adalah makhluk sosial yang  memerlukan orang lain dalam memenuhi hidup dan keperluannya, dalam bidang pendidikan  manusia adalaha makhluk yang dapat dididik untuk tumbuh dan berkembang berdasarkan firah (potensi) yang dimilikinya sebagai anugerah dari Allah SWT
            Hakekat pendidikan sangat erat kaitanya dengan hakekat manusia atau pun sebaliknya manusia dengan pendidikan seolah tidak dipisahkan karena pendidikan merupaka alat peradaban untuk melindungi manusia dari kepunahan dan alat untuk mempertahankan eksistensi dan kemanusiaannya di muka bumi ini.

B.     Permasalahan
            Keadaan manusia saat ini jika dilihat dalam kontek pendidikan merupakan hasil didikan  dua puluh, tiga puluh bahkan lima dasawarsa yang lalu, Karena pendidikan saat ini merupakan hasil dari output pendidikan masa lalu, maka pada saat ini manusia sedang mempersiapkan dalam berbagai aspek kehidupannya untuk hidup dua puluh, tiga puluh bahkan lima dasa warsa kedepan, bagaimana manusia di masa mendatang hanya bisa diramalkan dan dipertahankan keberadaannya melalui pendidikan, lalu apakah hakekat pendidikan itu?

C.    Pembahasan
Pembahasan manusia tentang pendidikan merupakan  bahasan yang tak berujung, selama manusia ada dan memerlukan pendidikan, maka bahasan tentang pendidikan akan selalu ada. Pendidikan dapat diartikan sebagai sebuah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia  melalui upaya pengajaran dan latihan.[1] Pendididikan di definisikan juga sebagai usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses  pembelajaran agar peserta  didik secara aktif mengembangkan  potensi dirinya untuk  memiliki kekuatan spiritual  keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,  kecerdasan, akhlak mulia  serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat.[2]
Hakekat pendidikan adalah berbicara tentang makhluk yang dapat dididik, makhluk yang dapat dididik  adalah manusia berarti definisi pendidikan yang ada sebenarnya membahas juga tentang hakekat manusia, kalau kita mendefinisikan pendidikan dalam bahasa yunani, maka Istilah pendidikan berasal dari kata  “Paedagogie” yang akar katanya “Pais” yang berarti anak dan “Again” yang artinya membimbing. Jadi Paedagogie berarti bimbingan yang diberikan kepada anak.  Pendidikan juga dalam bahasa Yunani diartikan sebagai educare  yakni tindakan mengeluarkan dan menuntun  serta merealisasikan potensin anak  yang dilahirakan ke muka bumi ini. [3]
            Lebih jauh ditegaskan bahwa konsep dasar dari pendidikan dalam bahasa Yunani adalah  menolong manusia agar menjadi manusia. Titik tekan  dalam definisi ini adalah aspek kemanusiannya, dengan demikian dapat diterjemahkan bahwa yang menolong adalah manusia,  bahwa pendidikan adalah untuk pengendalian diri yang dilakukan oleh manusia yang lebih memiliki pengendalian diri, pendidikan harus mampu menjelaskan masalah dengan pikiran, serta pendidikan harus memperhatikan  lingkungan karena manusia maerupakan bagian yang tidak terpisahkan dari lingkungan.
            Ditinjau dari proses pendidikan ada dua hal yang harus dikembangkan, yaitu proses individual dan proses sosial. Beberapa ahli pendidikan lebih menekankan kepada bagaimana mengembangkan semua kemampuan dasar (potensi) yang sudah dimliki anak sejak lahir. Bila dilihat dari tujuan dalam proses pendidikan, maka hal-hal yang dibicarakan lebih banyak menggungkapkan sistem nilai yang akan dicapai melalui pendidika berdasarkan pada sistem penilaian yang ada pada masyarakat. Dengan demikian dalam pelaksanaan pendidikan, seyogyanya didasarkan kepada sistem nilai yang sudah dimiliki oleh masyarakat, bangsa dan Negara. Ada beberapa pandangan tentang pengertian pendidikan seperti berikut:
1.      Imam al-Ghazali baginya tujuan pendidikan adalah mendekatkan diri kepada Allah SWT, menggali dan mengembangkan potensi fitrah manusia, mewujudkan profesionalisme manusia untuk mengemban tugas keduniaan dengan sebaik-baiknya,  membentuk manusia berakhlakl mulia, suci jiwanya dari kerendahan budi dan sifat-sifat tercela.[4]
2.      Langeveld adalah seorang ahli pendidikan bangsa belanda yang berorientasike Eropa dan lebih menekankan kepada teori-teori (ilmu). Di Indonesia dapat dikenal dengan bukunya Paedagogik Teoritis Sistematis. Ahli ini merumuskan arti pendidikan  sebagai berikut : “pendidikan adalah bimbingan atau pertolongan yang diberikan oleh orang dewasa kepada perkembangan anak untuk mencapai kedewasaan dengan tujuan agar anak cukup cakap melaksanakan tugas hidupnya sendiri tanpa bantuan orang lain”.
3.      Ki Hajar Dewantara adalah toko pendidikan nasional, peletak dasar pendidikan yang kuat dan progresif untuk generasi sekarang dan generasi akan datang, merumuskan pengertian pendidikan sebagai berikut :”pendidikan pada umumnya berarti daya upaya memajukan pertumbuhan budi pekerti dalam taman siswa tidak boleh dipisah-pisahkan bagian-bagiannya supaya kita memajukan kesempurnaan hidup, kehidupan dan penghidupan anak didik, selaras dengan dunianya (Ki Hajar Dewantara 1977:14).
4.      Undang-undang system pendidikan nasional (UUSPN) no.20 tahun 2003 bab 1, pasal 1 menggariskan pengertian :”pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual, keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara”[5]

            Pendidikan menjadi bagian yang tidak dapat dipisahkan dari peradaban sebuah bangsa, pendidikan seperti  dua sisi mata uang dalam sebuah peradaban termasuk dalam peradaban Islam. Dalam peradaban Islam yang telah berlangsung lebih dari tujuh ratus tahun pendidikan dan ilmu menjadi sebuah bagian yang tak terpisahkan. Dalam peradaban Islam pendidikan  merupakan sebuah usaha kreatif dalam melanggengkan peradaban sehingga  pada zamannya menghasilakan tokoh-tokoh kreatif yang mampu tampil dalam pentas peradaban seperti Ibnu Sina, Ibnu Rush,  al-Kindi, al-Farabi, Ibnu Khaldun, al-Ghazali dan sederetan lainnya. Demikian juga dalam peradaban Barat-Sekular yang sekarang mendominasi walaupun terdapat sejarah kelam dalam  peradabannya yang berkaitan dengan pertikaian antara agama (Kristen)  melawan dominasi pengetahuan (ilmu) dan inquisisi tapi keberhasilannya dalam menterjemahkan “hakekat” manusia ke dalam dunia nyata dan berkat hasil pergumulannya dalam hal “mencuri” pengetahuan dari dunia Islam membuatnya “maju” dan  berada dalam pentas yang mendominasi dunia sekarang ini.
            Hakekat pendidikan adalah ketika memaknai tujuan manusia diciptakan. Wahyu mengisyaratkan kepada kita bahwa hakekat manusia diciptakan adalah untuk beribadah sebagaimana firman Allah SWT dalam Q.S Q.S al-Zariyat : 56
$tBur àMø)n=yz £`Ågø:$# }§RM}$#ur žwÎ) Èbrßç7÷èuÏ9 ÇÎÏÈ  
Artinya : dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku”.
Hakekat pendidikan yang kedua ketika memaknai bahwa tujuan manusia diciptakan adalah sebagai khalifah dimuka bumi sebagaimana firman Allah dalam Q.S al-Baqarah:30
øŒÎ)ur tA$s% š/u Ïps3Í´¯»n=yJù=Ï9 ÎoTÎ) ×@Ïã%y` Îû ÇÚöF{$# ZpxÿÎ=yz ( (#þqä9$s% ã@yèøgrBr& $pkŽÏù `tB ßÅ¡øÿム$pkŽÏù à7Ïÿó¡our uä!$tBÏe$!$# ß`øtwUur ßxÎm7|¡çR x8ÏôJpt¿2 â¨Ïds)çRur y7s9 ( tA$s% þÎoTÎ) ãNn=ôãr& $tB Ÿw tbqßJn=÷ès? ÇÌÉÈ  
Artinya : “ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada Para Malaikat: "Sesungguhnya aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi." mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, Padahal Kami Senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui."
Hakekat  ibadah dapat bermaknai ketundukan dan kepatuhan kepada Sang Pencipta
Ibadah secara bahasa (etimologi) berarti merendahkan diri serta tunduk. Sedangkan menurut syara’ (terminologi), ibadah mempunyai banyak definisi, tetapi makna dan maksudnya satu. Definisi itu antara lain adalah: pertama, Ibadah adalah taat kepada Allah dengan melaksanakan perintah-Nya melalui lisan para Rasul-Nya. Kedua, Ibadah adalah merendahkan diri kepada Allah Azza wa Jalla, yaitu tingkatan tunduk yang paling tinggi disertai dengan rasa mahabbah (kecintaan) yang paling tinggi. Ketiga,  Ibadah adalah sebutan yang mencakup seluruh apa yang dicintai dan diridhai Allah Azza wa Jalla, baik berupa ucapan atau perbuatan, yang zhahir maupun yang bathin.  Ibadah terbagi menjadi ibadah hati, lisan, dan anggota badan. Rasa khauf (takut), raja’ (mengharap), mahabbah (cinta), tawakkal (ketergantungan), raghbah (senang), dan rahbah (takut) adalah ibadah qalbiyah (yang berkaitan dengan hati). Sedangkan tasbih, tahlil, takbir, tahmid dan syukur dengan lisan dan hati adalah ibadah lisaniyah qalbiyah (lisan dan hati). Sedangkan shalat, zakat, haji, dan jihad adalah ibadah badaniyah qalbiyah (fisik dan hati). Serta masih banyak lagi macam-macam ibadah yang berkaitan dengan amalan hati, lisan dan badan.
Hakekat Pendidikan yang kedua adalah sejalan dengan tujuan diciptakannya manusia yakni fungsi manusia sebagai khalifah, yakni khalifah Allah Itulah hakikat manusia. Namun apakah dalam kenyataannya setiap manusia itu khalifatullah Manusia adalah khalifah dari Allah dan Allah adalah puncak segala kebaikan dan kesempurnaan. Dengan demikian manusia adalah titisan dari kebaikan dan kesempurnaan-Nya. Jadi manusia berkedudukan sebagai wakil atau pengganti Allah di muka bumi. Yaitu manusia yang mempunyai kemampuan untuk mengatur dan mengubah alam. Manusia yang sedikit banyak mengetahui rahasia alam. Semua itu tidak berlaku bagi makhluk-makhluk lainnya. Lalu manusia yang bagaimanakah yang menjadi khalifah?
Manusia yang menjadi khalifah paling tidak memiliki kriteria antara lain: pertama, memiliki ilmu pengetahuan  sebagaimana firman Allah SWT dalam Q.S al-Baqarah: 31
zN¯=tæur tPyŠ#uä uä!$oÿôœF{$# $yg¯=ä. §NèO öNåkyÎztä n?tã Ïps3Í´¯»n=yJø9$# tA$s)sù ÎTqä«Î6/Rr& Ïä!$yJór'Î/ ÏäIwàs¯»yd bÎ) öNçFZä. tûüÏ%Ï»|¹ ÇÌÊÈ  
Artinya; “dan Dia mengajarkan kepada Adam Nama-nama (benda-benda) seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada Para Malaikat lalu berfirman: "Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu mamang benar orang-orang yang benar!"

Kedua, manusia yang beriman dan beramal sebagaimana firman Allah SWT dalam Q.S an-Nur: 55
ytãur ª!$# tûïÏ%©!$# (#qãZtB#uä óOä3ZÏB (#qè=ÏJtãur ÏM»ysÎ=»¢Á9$# óOßg¨ZxÿÎ=øÜtGó¡uŠs9 Îû ÇÚöF{$# $yJŸ2 y#n=÷tGó$# šúïÏ%©!$# `ÏB öNÎgÎ=ö6s% £`uZÅj3uKãs9ur öNçlm; ãNåks]ƒÏŠ Ï%©!$# 4Ó|Ós?ö$# öNçlm; Nåk¨]s9Ïdt7ãŠs9ur .`ÏiB Ï÷èt/ öNÎgÏùöqyz $YZøBr& 4 ÓÍ_tRrßç6÷ètƒ Ÿw šcqä.ÎŽô³ç Î1 $\«øx© 4 `tBur txÿŸ2 y÷èt/ y7Ï9ºsŒ y7Í´¯»s9'ré'sù ãNèd tbqà)Å¡»xÿø9$# ÇÎÎÈ  
Artinya:  “dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan mengerjakan amal-amal yang saleh bahwa Dia sungguh- sungguh akan menjadikan mereka berkuasa dimuka bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridhai-Nya untuk mereka, dan Dia benar-benar akan menukar (keadaan) mereka, sesudah mereka dalam ketakutan menjadi aman sentausa. mereka tetap menyembahku-Ku dengan tiada mempersekutukan sesuatu apapun dengan aku. dan Barangsiapa yang (tetap) kafir sesudah (janji) itu, Maka mereka Itulah orang-orang yang fasik”.

Ketiga, Memberi keputusan dengan benar (haqq) dan tidak mengikuti hawa nafsu sebagaimana firman Allah Q.S Shad: 26
ߊ¼ãr#y»tƒ $¯RÎ) y7»oYù=yèy_ ZpxÿÎ=yz Îû ÇÚöF{$# Läl÷n$$sù tû÷üt/ Ĩ$¨Z9$# Èd,ptø:$$Î/ Ÿwur ÆìÎ7®Ks? 3uqygø9$# y7¯=ÅÒãŠsù `tã È@Î6y «!$# 4 ¨bÎ) tûïÏ%©!$# tbq=ÅÒtƒ `tã È@Î6y «!$# öNßgs9 Ò>#xtã 7ƒÏx© $yJÎ/ (#qÝ¡nS tPöqtƒ É>$|¡Ïtø:$# ÇËÏÈ  
Artinya; “Hai Daud, Sesungguhnya Kami menjadikan kamu khalifah (penguasa) di muka bumi, Maka berilah keputusan (perkara) di antara manusia dengan adil dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu, karena ia akan menyesatkan kamu dari jalan Allah. Sesungguhnya orang-orang yang sesat dari jalan Allah akan mendapat azab yang berat, karena mereka melupakan hari perhitungan”.
Keempat menegakkan  Amar Ma’ruf dan Nahi Munkar  sebagaimana Q.S al-Araf; 129
(#þqä9$s% $oYƒÏŒré& `ÏB È@ö7s% br& $uZuÏ?ù's? .`ÏBur Ï÷èt/ $tB $oYoKø¤Å_ 4 tA$s% 4Ó|¤tã öNä3š/u br& šÎ=ôgムöNà2¨rßtã öNà6xÿÎ=÷tGó¡tƒur Îû ÇÚöF{$# tÝàZusù y#øŸ2 tbqè=yJ÷ès? ÇÊËÒÈ  
Artinya: “kaum Musa berkata: "Kami telah ditindas (oleh Fir'aun) sebelum kamu datang kepada Kami dan sesudah kamu datangMusa menjawab: "Mudah-mudahan Allah membinasakan musuhmu dan menjadikan kamu khalifah di bumi(Nya), Maka Allah akan melihat bagaimana perbuatanmu”.

D. Kesimpulan
Hakekat pendidikan adalah belajar tentang manusia itu sendiri ketika manusia sudah mengetahui dan memahami dengan sepenuhnya hakekat manusia maka dinyatakan belajar sudah tuntas namun hal ini sangat sulit untuk dicapai.
Hakekat Pendidikan dalam Islam sejalan dengan tujuan manusia itu diciptakan yakni sebagai makhluk yang tuduk dan patuh pada Sang Khaliq serta sebagai khalifah atau pengganti/wakil tuhan dimuka bumi dengan memiliki sifat-sifat diantaranya menguasai ilmu pengetahuan, beriman dan beramal,member keputusan dengan hak dan tidak dengan hawa nafsu, serta menegakkan amar ma’ruf dan nahi munkar. Hakekat pendidikan bukan hanya untuk mendapatkan kesenangan dunia tetapi untuk kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat.


DAFTAR PUSTAKA
Al-Syaibani, Omar Mohammad al-Toumy, Falsafah Pendidikan Islam, Jakarta: Bulan Bintang, 1979
Amin, Muhammad Maswardi, Pendidikan Karakter Anak Bangsa, Jakarta: Baduose Media Jakarta, 2011
Gundi HW,Teguh Wangsa, Filsafat Pendidikan: Mazhab-Mazhab Filsafat Pendidikan, Jogjakarta: Ar-Ruzz Media,2001
Ibn Rusn ,Abidin, Pemikiran al-Ghazali Tentang Pendidikan (Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 1998),
Gundi HW,Teguh Wangsa, Filsafat Pendidikan: Mazhab-Mazhab Filsafat Pendidikan, Jogjakarta: Ar-Ruzz Media,2001
Muthahhari, Murtadha, Konsep Pendidikan Islam, Depok, Jawa Barat: Iqra Kurnia Gemilang, 2005
Nata,  Abudin, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Gaya Media Pratama, 2005
Surayin, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Bandung: Yrama Widya, 2007
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 Tentang sistem pendidikan Nasional, Fokusmedia, Bandung: 2006.



[1] Surayin, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Bandung: Yrama Widya, 2007, h.116
[2] Wikipedia Bahasa Indonesia, http://wikipedia.7val.com/wiki/pendidikan, senin, 5 Desember 2011, 15:41
[4] Abidin Ibn Rusn, Pemikiran al-Ghazali Tentang Pendidikan (Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 1998), h. 56-61
[5] Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 Tentang sistem pendidikan Nasional, Fokusmedia, Bandung: 2006, h.53


KAMI ADA DI FACEBOOK KLIK RA BUNAYYA
KECERIAAN PADA KEGIATAN AKHIR SANAH AKHIR SANAH
RA BUNAYYA CERIA BERSAMA DI JUNGLE CERIA BERSAMA DI THE JUNGLE


Tidak ada komentar:

Posting Komentar